Halo, salam kenal. Nama saya Giovanna Putri Aliefia Madjid biasa dipanggil Gio. Kalau kalian bingung saya yang mana, orang yang memegang spidol itu adalah saya.
Sebagai
anak pertama, tentunya saya adalah contoh bagi adik saya dan pelindung
keluarga. Namun, terkadang saya mengalami kesulitan karena segala sesuatu yang
saya lakukan merupakan hal baru dan saya tidak memiliki sosok kakak yang bisa
memberi saran. Walaupun begitu orang tua saya selalu ada ketika saya
membutuhkan.
Ketika
duduk di kelas 2 SD, Ayah saya memperkenalkan suatu hal yang sampai sekarang
selalu melekat dalam kehidupan saya, yaitu video games. Saat duduk di sekolah
dasar, saya tergolong ke dalam murid yang pendiam dan pemalu. Bukan hanya itu,
di lingkungan komplek rumah, saya juga jarang sekali bermain keluar, karena itu
bermain video games merupakan sebuah pelarian. Kadang-kadang saya memanggil
sepupu-sepupu saya (yang semuanya laki-laki) untuk bermain video games dan ini
merubah saya menjadi anak yang sedikit tomboy. Saat duduk di kelas 5 SD, video
games membuat saya mendapatkan banyak teman. Pertemanan kami dimulai karena
adanya kesamaan hobi terhadap video games. Dari situ saya juga
berkenalan dengan anime. Kecintaan saya pada video games dan anime terus
berlanjut sampai akhirnya saya duduk di bangku SMP.
Pada saat masuk
SMP, sisi pendiam dan pemalu kembali menyelimuti saya. Di kelas yang saya
tempati tidak ada satu pun orang yang berasal dari SD yang sama dengan saya,
karena itu saya merasa sedikit canggung dengan teman sekelas, tapi akhirnya
keakraban bisa terjalin di antara kami. Tidak lama setelah kegiatan ajar
mengajar dimulai, kira-kira 1 minggu setelah MOS dibukalah pendaftaran siswa
Akselerasi. Perbedaan kelas Akselerasi dan kelas Reguler adalah waktu
belajarnya yang disingkat menjadi 2 tahun. Sebelum dinyatakan sebagai siswa
Akselerasi, ada beberapa tes yang harus dilewati terlebih dahulu, di antaranya
adalah tes akademik, dan tes IQ. “Tes IQ ? Kira-kira tes nya seperti apa ya ?”
Rasa penasaran saya terhadap tes IQ inilah yang membawa saya untuk mendaftarkan
diri sebagai siswa Akselerasi, tentunya setelah mendapatkan izin dan restu dari
orang tua saya.
Setelah
mengikuti serangkaian tes, tiba lah hari pengumuman dan ……. Saya lolos dan
resmi menjadi siswa Akselerasi. Setelah mengetahui hal itu, perasaaan saya
menjadi campur aduk. Senang, karena orang tua merasa bangga. Sedih, karena di
kelas saya, hanya saya yang berhasil lolos. Waduh, ini berarti saya akan dihadapkan
dengan orang-orang baru. Hmm, untungnya di kelas Akselerasi ada teman sekelas
saya waktu kelas 5-6 SD, jadi rasa percaya diri saya sedikit tumbuh.
Ada yang
bilang bermain video games itu membawa damapak negatif, tetapi hal itu tidak
berdampak kepada saya. Kenapa ? Ternyata di kelas Akselerasi tidak seperti saya
kira sebelumnya. Di kelas yang berisikan 23 orang siswa ini, ternyata hampir 90%
siswa suka bermain video games dan menonton anime. Lagi-lagi kecintaan saya
bermain video games memberikan saya banyak teman dan pengalaman seru selama
saya menjadi siswa Akselerasi, tapi tidak akan saya ceritakan karena nanti mata
kalian akan pegal membacanya. Akhirnya saya lulus dan melanjutkan sekolah saya
ke bangku SMA.
Saat SMA
saya sangat menyukai pelajaran Bahasa Jepang, tidak jarang nilai saya di mata
pelajaran ini selalu tertinggi di kelas. Ini karena saya belajar bahasa Jepang
secara otodidak dengan menonton anime dan bermain game. Sikap tomboy yang
berkepanjangan ini, perlahan-lahan mulai ditekan oleh Ibu saya. Menurut beliau,
tidak baik jika saya terus-terusan berfokus kepada game dan mulai mengajarkan
kepada saya apa yang biasanya dilakukan oleh anak perempuan seusia saya.
Akhirnya saya menjadi seorang perempuan sebagaimana mestinya walaupun masih
berbelok sedikit. Sedikit.
Waktu yang
paling berkesan saat berada di SMA adalah saat saya duduk di kelas XI. Saat
kelas XI, saya dipilih menjadi wakil ketua dan sekretaris di dua kegiatan ekstrakulikuler
yang berbeda. Bukan hanya itu, saya juga berkesempatan mewakili sekolah saya
untuk mengikuti Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat Nasional (dalam acara ALSA)
di Universitas Indonesia, tapi sayang tim saya tidak berhasil masuk dalam babak
perempat final.
Di kelas
XI, saya juga membuat usaha kecil-kecilan. Usaha itu bermula dari
iseng-isengan
dengan teman sekelas. Saya dan tiga orang teman dekat saya Anggi, Dini,
dan
Yani sedang mengisi waktu luang di dalam kelas. Dini saat itu sedang
menggambar
sebuah tokoh kartun yang dibuatnya sendiri, tiba-tiba Anggi mengusulkan
bahwa
gambaran Dini sepertinya bisa dijadikan boneka. Yani yang kebetulan
memiliki
toserba menyeletuk, jika benar-benar ingin membuat boneka dia mau
menyiapkan
bahan-bahannya. Saya yang tidak mau ketinggalan berkata, jika perlu
tempat
mereka bisa mengerjakan proyeknya di rumah saya. Sambil bercanda kami
mulai
berdiskusi, kapan mulai mengerjakan bonekanya, bahannya apa saja,
tempatnya
dimana, sampai akhirnya kami patungan untuk membeli bahan-bahan. Tidak
disangka
teman sekelas yang suka dengan hasil karya kami memesan gantungan kunci
kepada
kami. Berita ini lama-lama menyebar ke seluruh angkatan kelas XI dan
kami
memulai usaha kecil-kecilan. Saya juga mulai kursus menjahit agar
konsumen kami lebih puas dengan produk yang kami kerjakan. Sayang, usaha
ini dihentikan ketika kami naik ke kelas
XII, karena kami ingin fokus menghadapi UN.
Seperti
halnya orang lain saya juga mempunyai cita-cita, yaitu menjadi seorang Arsitek.
Sebenarnya bukan hanya menjadi Arsitek, saya juga bercita-cita menjadi seorang
Game Developer, karena itu saya mengambil jurusan Teknik Informatika di
Universitas Muhammadhiyah Malang.
Saya
tertarik masuk ke Universitas Muhammadhiyah Malang, karena saya merasa ada hal
yang berbeda dari kakak mahasiswa Universitas Muhammadhiyah Malang dari
kakak-kakak mahasiswa universitas lainnya. Mereka terkesan lebih ramah, sopan,
percaya diri, dan satu hal yang tidak dimiliki dari mahsiswa universitas lain
saat promosi adalah sifat mereka yang humoris. Saya percaya dengan berkuliah di
Universitas Muhammadhiyah Malang saya akan menjadi lebih percaya diri dan tidak
pendiam lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar