Rabu, 18 Juni 2014

Tentangku


Halo, salam kenal. Nama saya Giovanna Putri Aliefia Madjid biasa dipanggil Gio. Kalau kalian bingung saya yang mana, orang yang memegang spidol itu adalah saya.

Sebagai anak pertama, tentunya saya adalah contoh bagi adik saya dan pelindung keluarga. Namun, terkadang saya mengalami kesulitan karena segala sesuatu yang saya lakukan merupakan hal baru dan saya tidak memiliki sosok kakak yang bisa memberi saran. Walaupun begitu orang tua saya selalu ada ketika saya membutuhkan.

Ketika duduk di kelas 2 SD, Ayah saya memperkenalkan suatu hal yang sampai sekarang selalu melekat dalam kehidupan saya, yaitu video games. Saat duduk di sekolah dasar, saya tergolong ke dalam murid yang pendiam dan pemalu. Bukan hanya itu, di lingkungan komplek rumah, saya juga jarang sekali bermain keluar, karena itu bermain video games merupakan sebuah pelarian. Kadang-kadang saya memanggil sepupu-sepupu saya (yang semuanya laki-laki) untuk bermain video games dan ini merubah saya menjadi anak yang sedikit tomboy. Saat duduk di kelas 5 SD, video games membuat saya mendapatkan banyak teman. Pertemanan kami dimulai karena adanya kesamaan hobi terhadap video games. Dari situ saya juga berkenalan dengan anime. Kecintaan saya pada video games dan anime terus berlanjut sampai akhirnya saya duduk di bangku SMP.

Pada saat masuk SMP, sisi pendiam dan pemalu kembali menyelimuti saya. Di kelas yang saya tempati tidak ada satu pun orang yang berasal dari SD yang sama dengan saya, karena itu saya merasa sedikit canggung dengan teman sekelas, tapi akhirnya keakraban bisa terjalin di antara kami. Tidak lama setelah kegiatan ajar mengajar dimulai, kira-kira 1 minggu setelah MOS dibukalah pendaftaran siswa Akselerasi. Perbedaan kelas Akselerasi dan kelas Reguler adalah waktu belajarnya yang disingkat menjadi 2 tahun. Sebelum dinyatakan sebagai siswa Akselerasi, ada beberapa tes yang harus dilewati terlebih dahulu, di antaranya adalah tes akademik, dan tes IQ. “Tes IQ ? Kira-kira tes nya seperti apa ya ?” Rasa penasaran saya terhadap tes IQ inilah yang membawa saya untuk mendaftarkan diri sebagai siswa Akselerasi, tentunya setelah mendapatkan izin dan restu dari orang tua saya.

Setelah mengikuti serangkaian tes, tiba lah hari pengumuman dan ……. Saya lolos dan resmi menjadi siswa Akselerasi. Setelah mengetahui hal itu, perasaaan saya menjadi campur aduk. Senang, karena orang tua merasa bangga. Sedih, karena di kelas saya, hanya saya yang berhasil lolos. Waduh, ini berarti saya akan dihadapkan dengan orang-orang baru. Hmm, untungnya di kelas Akselerasi ada teman sekelas saya waktu kelas 5-6 SD, jadi rasa percaya diri saya sedikit tumbuh.

Ada yang bilang bermain video games itu membawa damapak negatif, tetapi hal itu tidak berdampak kepada saya. Kenapa ? Ternyata di kelas Akselerasi tidak seperti saya kira sebelumnya. Di kelas yang berisikan 23 orang siswa ini, ternyata hampir 90% siswa suka bermain video games dan menonton anime. Lagi-lagi kecintaan saya bermain video games memberikan saya banyak teman dan pengalaman seru selama saya menjadi siswa Akselerasi, tapi tidak akan saya ceritakan karena nanti mata kalian akan pegal membacanya. Akhirnya saya lulus dan melanjutkan sekolah saya ke bangku SMA.

Saat SMA saya sangat menyukai pelajaran Bahasa Jepang, tidak jarang nilai saya di mata pelajaran ini selalu tertinggi di kelas. Ini karena saya belajar bahasa Jepang secara otodidak dengan menonton anime dan bermain game. Sikap tomboy yang berkepanjangan ini, perlahan-lahan mulai ditekan oleh Ibu saya. Menurut beliau, tidak baik jika saya terus-terusan berfokus kepada game dan mulai mengajarkan kepada saya apa yang biasanya dilakukan oleh anak perempuan seusia saya. Akhirnya saya menjadi seorang perempuan sebagaimana mestinya walaupun masih berbelok sedikit. Sedikit.

Waktu yang paling berkesan saat berada di SMA adalah saat saya duduk di kelas XI. Saat kelas XI, saya dipilih menjadi wakil ketua dan sekretaris di dua kegiatan ekstrakulikuler yang berbeda. Bukan hanya itu, saya juga berkesempatan mewakili sekolah saya untuk mengikuti Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat Nasional (dalam acara ALSA) di Universitas Indonesia, tapi sayang tim saya tidak berhasil masuk dalam babak perempat final.

Di kelas XI, saya juga membuat usaha kecil-kecilan. Usaha itu bermula dari iseng-isengan dengan teman sekelas. Saya dan tiga orang teman dekat saya Anggi, Dini, dan Yani sedang mengisi waktu luang di dalam kelas. Dini saat itu sedang menggambar sebuah tokoh kartun yang dibuatnya sendiri, tiba-tiba Anggi mengusulkan bahwa gambaran Dini sepertinya bisa dijadikan boneka. Yani yang kebetulan memiliki toserba menyeletuk, jika benar-benar ingin membuat boneka dia mau menyiapkan bahan-bahannya. Saya yang tidak mau ketinggalan berkata, jika perlu tempat mereka bisa mengerjakan proyeknya di rumah saya. Sambil bercanda kami mulai berdiskusi, kapan mulai mengerjakan bonekanya, bahannya apa saja, tempatnya dimana, sampai akhirnya kami patungan untuk membeli bahan-bahan. Tidak disangka teman sekelas yang suka dengan hasil karya kami memesan gantungan kunci kepada kami. Berita ini lama-lama menyebar ke seluruh angkatan kelas XI dan kami memulai usaha kecil-kecilan. Saya juga mulai kursus menjahit agar konsumen kami lebih puas dengan produk yang kami kerjakan. Sayang, usaha ini dihentikan ketika kami naik ke kelas XII, karena kami ingin fokus menghadapi UN.  

Seperti halnya orang lain saya juga mempunyai cita-cita, yaitu menjadi seorang Arsitek. Sebenarnya bukan hanya menjadi Arsitek, saya juga bercita-cita menjadi seorang Game Developer, karena itu saya mengambil jurusan Teknik Informatika di Universitas Muhammadhiyah Malang.

Saya tertarik masuk ke Universitas Muhammadhiyah Malang, karena saya merasa ada hal yang berbeda dari kakak mahasiswa Universitas Muhammadhiyah Malang dari kakak-kakak mahasiswa universitas lainnya. Mereka terkesan lebih ramah, sopan, percaya diri, dan satu hal yang tidak dimiliki dari mahsiswa universitas lain saat promosi adalah sifat mereka yang humoris. Saya percaya dengan berkuliah di Universitas Muhammadhiyah Malang saya akan menjadi lebih percaya diri dan tidak pendiam lagi.

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar